Mengatasi Writer’s Blok
Hari :
Senin, 18 Oktober 2021
Narasumber :
Dita widya utami, S.Pd, Gr.
Moderator :
Maesaroh
Tema :Mengatasi
Writer’s Blok
"Penulis tidak pernah dilahirkan, tetapi dia diciptakan. Bakat menulis tidak selalu dibawa sejak lahir, tetapi tumbuh oleh satu motivasi dan gagasan".(Bambang Trimansyah)
Pertama-tama kelas belajar menulis diawali salam pembuka oleh moderator a.n Maesaroh dengan mengenalkan narasumber pada malam hari ini a.n. Dita Widya Utami, serta menyampaikan propil nara sumber.
Propil Narasumb Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr. adalah salah satu guru IPA di SMPN
1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat. Lahir di Subang, 23 Mei 1990.
Menikah dengan Muhammad Kholil, S.Pd.I. dan telah dikaruniai seorang anak
laki-laki bernama Muhammad Fatih Musyfiq. Selain aktif di MGMP, anak kedua dari
pasaer ngan Dastewi, S.Pd. dan Tia Makmur Setiana, S.Pd. ini juga aktif di
bidang literasi.
Riwayat pendidikan :
SDN Cipeundeuy Subang (1996-2002)
SMPN 1 Cipeundeuy Subang (2002-2005)
SMAN 1 Purwakarta (2005-2008)
Pendidikan Kimia UPI (2008-2012)
PPG Daljab A3 UNM
(2020)
Karya tunggal :
1.
Precious (2017-2019), a novel 12 chapter -
tersedia di Wattpad (klik di sini)
2.
Mengapa
Tak Kau Tanyakan Saja (2019), a
short story 10 chapter - tersedia di Wattpad
(klik di sini)
3.
Djogja Backpacker (2019), a short story 5 chapter -
tersedia di Storial (klik di sini)
4.
Buku "Lelaki di Ladang Tebu" (2020), kumpulan cerpen pendidikan
(silahkan cek Instagram @dittawidyautami untuk
melihat testimoninya)
5.
Buku "Membongkar Rahasia Menulis" (2021), kumpulan tulisan selama
mengikuti lomba blog PGRI bulan Februari
6.
Buku "Sepenggal Kisah Corona : Memoar Perjalanan Hidup Selama Satu
Tahun Pandemi" (2021)
Buku karya bersama :
1.
Jejak
Langkah Guru Subang (2019) -
kumpulan best practice, MGMP IPA Subang
2.
Guru
di Ladang Ilmu (2019) -
kumpulan cerpen karya guru, Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat (KPPJB)
3.
Sepenggal
Kisah di Ruang Cipta Pentigraf (2020) - KPPJB
4.
Dari
Mata Air Hingga Muara (2020) -
Literasi Subang Bihari dan Berwibawa (Lisangbihwa)
5.
Pelangi
Jiwa (2020) -
kumpulan kisah inspiratif, KPPJB
6.
Pena
Digital Guru Milenial (2020) - kisah
para guru blogger, PGRI
7.
Menyongsong
Era Baru Pendidikan (2020) -
bersama Prof. Eko Indrajit
8.
Pola
Pembelajaran yang Efektif dari Rumah (2020) - Hasil Lomba Blog Hardiknas (PGRI)
9.
Sumbu
Saihu Lisangbihwa (Jan 2021) -
antologi puisi Saihu, Saihula, Saihudan bersama Lisangbihwa
10.
Dendang
Asa Dalam Untaian Kata (Jan
2021) - antologi pentigraf bersama KPPJB Regional Subang
11.
Meniti
Asa : Kumpulan Kisah Awal Menjadi Guru (Feb 2021) - KPPJB
12.
Kelas
Bertembok Pelangi (Agustus 2021) -
FIMNesia
13.
Aku
Bangga Jadi Anak Muslim (proses
cetak) - Jendela Puspita
Prestasi/Penghargaan
yang pernah diraih :
·
Peraih Parasamya
Susastra Nugraha (100 Guru Penulis Jawa
Barat) - 2020
·
Peraih Parasamya
Suratma Nugraha (Penggerak literasi) - 2020
·
Penghargaan dari Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Disarpus) Kab. Subang sebagai donatur buku - 2020
·
Penghargaan
Bupati Subang (2020) diusulkan
Disdikbud Kab. Subang, diberikan saat HUT PGRI dan Korpri
·
Penghargaan
Bupati Subang (2021) diusulkan
Disarpus Kab. Subang, disampaikan saat HUT Subang ke-73
·
Penghargaan
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang (2021) untuk guru berprestasi
disampaikan saat Hardiknas
Komunitas yang diikuti
:
·
MGMP IPA (Pengurus di
Komisariat Kalijati, Subang)
·
Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI)
·
Komunitas Pengajar
Penulis Jawa Barat (KPPJB)
·
Literasi Subang Bihari
dan Berwibawa (Lisangbihwa)
·
Cakrawala Blogger Guru
Nasional (Lagerunal)
Pengalaman/Aktivitas :
·
Pengajar Praktik
Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3
·
Narasumber Pelatihan
Belajar Menulis melalui WA Grup (PGRI)
·
Narasumber Belajar
Bicara (Webinar APKS PGRI)
·
Narasumber di Kelas
Pelatihan Kreatif Menulis Agupena Pusat (September, 2021)
·
Narasumber di Kelas
Menulis Buku Inspirasi, Agupena NTT (September, 2021)
·
Narasumber di Kelas
Penulis Surabaya (Juli, 2021)
·
Narasumber Menulis
Bersama Pak Naff, Sumatera (Mei, 2021)
·
Membimbing siswa
menulis cerpen selama 20 hari hingga lulus ODOP Challenge Lisangbihwa (April,
2021)
·
Panitia Pemilihan
Kecamatan (PPK) Cipeundeuy, Subang pada Pemilu 2019
·
Membimbing siswa
hingga meraih Juara 1 LKTI tingkat kabupaten yang diadakan oleh Dinas Sosial
Kab. Subang tentang HIV/AIDS (Nov, 2018)
Narasumber
memulai mengisi materi pada malam hari ini dengan mengucapkan salam pembuka
Selamat malam Bapak/Ibu peserta pelatihan
menulis PGRI dan KSGN di Gelombang 21 dan 22
Assalamu'alaikum
warahmatullahi wa barokatuh, salam sejahtera untuk kita semua.
Senang
sekali malam ini bisa menemani Bapak dan Ibu semua.
Terlebih
ditemani Bunda Maesaroh yang prestasinya pun gemilang.
Terima
kasih pula pada Omjay dan tim yang telah menggagas pelatihan menulis gratis ini
sehingga kini telah banyak alumni yang bisa menerbitkan buku. Hasil manis dari
ilmu yang didapatkan.
Bapak/Ibu,
sekilas profil saya telah diperkenalkan oleh Bu May. Lengkapnya bisa dilihat di
blog saya.
Malam ini saya akan berbagi tentang cara
mengatasi writer's block atau WB.
Namun
sebelumnya sesuai namanya "Belajar Menulis Gel 21 dan 22", mari kita
awali kegiatan malam ini dengan menulis 😁
Malam
ini saya akan sampaikan 3 kata.
Silakan
Bapak/Ibu membuat tulisan dengan menyertakan ketiga kata tersebut.
Tulisan
boleh bebas (puisi, pentigraf, dll).
Waktu
yang diberikan adalah 15 menit.
Grup
akan dibuka selama sesi simulasi.
Peserta
mengirimkan langsung di grup dengan menuliskan
Materi
Baik
Bapak/Ibu ... Terima kasih bagi yang sudah berpartisipasi 😊🙏🏻
Yang
belum sempat, tetap SEMANGATTT ya
Mari
kita lanjutkan ...
Bapak/Ibu
...
Di
antara Bapak/Ibu sekalian mungkin ada yang masih bingung harus menulis apa
dengan kata Hujan, Pagi, dan Hantu.
Sehingga
belum sempat membuat tulisan di simulasi kali ini.
Sebagian
mungkin ada yang masih merasa malu, takut tidak sesuai kaidah, takut
dibandingkan dengan hasil orang lain, dsb. Sehingga tidak menulis juga.
Atau, ada yang masih asing dengan tema hantu?
Sehingga tidak tahu harus menulis apa.
Nah,
apa-apa yang saya sebutkan tadi adalah contoh penyebab WB loh.
Wikipedia
mengartikan writer's block sebagai keadaan saat penulis kehilangan kemampuan menulis
atau tidak menemukan gagasan baru untuk tulisannya.
Keadaan
ini bisa menimpa penulis pemula maupun profesional.
WB
juga tidak terbatas pada penulis buku saja. Blogger, mahasiswa yang sedang
menyusun tugas akhir, screen writer (penulis naskah seperti untuk film,
sinetron), script writer (penulis teks untuk dibacakan pembaca berita), dll
juga bisa mengalami WB.
Dalam
sebuah artikel di idntimes disebutkan bahwa berdasarkan sebuah penelitian dari
Yale psychologists pada tahun 1970 dan 80-an yang akhir-akhir ini kembali
ditinjau New Yorker, writer's block merupakan hal yang konkrit dan fenomena
yang bisa diatasi.
Untuk
memahami fenomena ini, dua orang psikolog, Jerome Singer dan Michael Barrios
pun mengadakan sebuah penelitian terhadap para penulis dengan latar belakang
berbeda.
Dari
berbagai sumber lain yang saya baca, serta hasil pengamatan saat menjadi
narasumber, bisa saya simpulkan beberapa penyebab WB, yaitu :
1. Mencoba
metode/topik bru dalam menulis
2.
Stress
3.
Lelah/fisil mental
4. Terlalu
perfiksionis
opik
yang asing atau mencoba metode baru dalam menulis bisa membuat kita mengalami
WB.
Bagaimana
solusinya?
Antara
lain bisa dengan mempelajari lebih seksama terkait metode baru tersebut (misal
terbiasa menulis cerpen kemudian harus menulis KTI). Atau jika terkait tema,
kita bisa jeda sedikit saat menulis lalu membaca referensi tambahan terkait
tema untuk memperkaya wawasan dan kosa kata
Stress
juga bisa jadi penyebab WB.
Anda
yang terlalu khawatir dengan penilaian orang, bisa jadi menyimpan tulisan untuk
dikenang. #eh alias disimpan sendiri.
"Orang
bakal suka gak ya? Ini dah sesuai KBBI belum ya? Diksinya dah oke belum
ya?" daaan berbagai pertanyaan sejenis bisa membuat kita terserang WB
Untuk
kasus ini, saya selalu ingatkan pada diri sendiri bahwa "kita tak akan
pernah bisa membuat semua orang suka dengan kita, tapi yakinlah bahwa apa yang
kita tulis akan tetap bermanfaat minimal bagi diri sendiri (bukankah menulis
pun bisa jadi terapi psikologi?
WB
bisa juga menjadi indikator bahwa fisik/mental kita sedang lelah.
Banyak
pekerjaan misalnya. Selain lelah fisik, work under pressure juga bisa
menyebabkan kita lelah secara mental.
Nah,
saat ini terjadi, yuk ambil nafas sejenak dan rehatlah. Refresh kembali hati,
fisik dan pikiran kita.
Hal
lain yang juga bisa menjadi penyebab WB adalah terlalu perfeksionis.
Misal
tulisannya harus dibaca ratusan dan ribuan orang (kalo gak gitu gak akan
nulis).
Tulisannya
harus jadi juara lomba (kalo gitu mungkin g bakal ikut lomba)
Memiliki
target dalam menulis itu penting. Tapi jangan sampai hal tersebut membuat kita
terlalu perfeksionis sehingga malah kehilangan ide ide baru untuk menulis.
Simulasi
yang tadi kita lakukan adalah contoh dari menulis bebas.
Namanya
juga menulis bebas, aturan penggunaan tanda baca dll yang sesuai PUEBI bisa
dikesampingkan terlebih dahulu.
Yang
penting nulis dulu. Kalau pun masih ada yang salah, toh bisa diperbaiki
kemudian, kan?
Tak
percaya, silakan cek lagi beberapa tulisan Bapak/Ibu. Masih ada yang typo,
belum menggunakan tanda baca, dsb. But it's ok. Mengapa? Karena hal tersebut
bisa kita revisi lagi.
Melansir
dari laman Writer’s Digest, menulis bebas akan membantu melatih otak dalam hal
menggali kata-kata yang sebenarnya sudah ada di dalam kepala sejak lama, dan
memberikan tempat untuk kata-kata baru tersebut dalam proyek tulisan yang
sedang kita kerjakan saat ini.
Dengan
melakukan kegiatan menulis bebas secara rutin, kita bahkan bisa menemukan
ide-ide baru untuk menulis banyak hal lain.
Ini
tentu saja bermanfaat dalam menyembuhkan penyakit WB.
Saat Mulut Bekerja Lebih Cepat Daripada Otak
Lebih dari 270 km/jam. Itulah kecepatan yang bisa dicapai sel
saraf saat mengirim informasi ke otak. Tapi, kondisi ini biasanya terjadi dalam
keadaan tertentu saja. Misal, saat kita menyentuh air panas.
Berbicara merupakan suatu proses yang mekanismenya bisa dibilang
kompleks. Tak sesederhana seperti yang tampak.
Proses bicara melibatkan aspek sensoris dan motorik. Saat kita
melihat, meraba dan mendengar misalnya. Rangsangan yang diterima akan
diteruskan ke otak (sensoris).
Tak hanya lidah, bibir dan langit-langit.
Sistem pernapasan pun berperan dalam proses bicara. Loh kok? Tentu saja ...
karena pita suara kita dapat bergetar akibat bantuan aliran udara dari
paru-paru.
Sistem pendengaran pun memiliki peran penting dalam kemampuan
berbicara. Lihat saja bayi yang tumbuh dan sering mendengar orang tuanya
berbicara (membaca buku misalnya). Mereka (baca: bayi) akan memiliki 'tabungan
kosa kata' yang memudahkannya dalam belajar bicara. Oleh karena itu, gangguan
pada telinga/sistem pendengaran bisa berdampak pada kesulitan berbicara.
Mulut yang Bekerja Terlalu Cepat
Satu hal yang menggelitik saya adalah ... jika kemampuan sel
saraf dalam mengirim rangsang begitu cepat, lantas mengapa mulut bisa
bekerja lebih cepat daripada otak?
Ini sering saya alami. Usai berbicara, saya baru sadar bahwa
kalimat yang saya utarakan tampaknya kurang tepat. Terkadang malah jadi
terkesan sarkastis. Walau niatan hati tidak demikian.
Tampaknya mulut saya sesekali bekerja lebih cepat daripada otak.
Lalu, apa yang salah?
Gen Berpikir Cepat
Merunut kembali ke proses bicara, tampaknya kemampuan dalam
memproses informasi menjadi salah satu kunci utama. Bisa jadi, saya salah
menafsirkan informasi atau informasi yang saya dapat belum diolah lebih matang.
Akibatnya, proses motorik pun menjadi cacat.
Ibarat buah yang belum matang. Kalimat yang keluar bukan hasil
pemrosesan informasi yang sempurna.
Bila digali lebih dalam, mungkin saya harus memiliki gen
berpikir cepat agar tepat dalam memproses suatu informasi. Yep, dilansir dari
BBC, kemampuan berpikir cepat memang ada kaitannya dengan gen seseorang
(silakan baca artikel lengkapnya di sini).
Ngobrol, Dong!
Hal lain yang juga terpikirkan oleh saya adalah ... mungkin
karena saya jarang ngobrol! Hehe ... saat dalam pertemuan biasanya saya
cenderung diam.
Nah kalau bahas ini, saya jadi teringat ucapan sahabat dekat
saya (Ratna Dhevi) ketika masa kuliah dulu.
Saat itu saya bertanya apa pendapatnya mengenai saya? Saya
tanyakan ini pada Dhevi dan Gita. Dua sahabat yang memang sangat dekat dengan
saya.
Saya percaya ... tak peduli apa kata orang, sahabat sejati akan
mengatakan siapa diri kita yang sesungguhnya. Baik ataupun buruk dengan
sejujur-jujurnya.
Terkadang, kita memang butuh mendengarkan pendapat orang bukan?
Untuk menemukan blind spot dalam diri kita.
Saat itu, Dhevi menjawab bahwa saya adalah tipe orang yang tak
mudah dilupakan (ok, its good i hope). Tapi, bukan itu tujuan saya
bertanya padanya (terus kenapa diceritain?! Wkwk ... anggap saja prolog, bukti
bahwa sahabat akan mengatakan dengan jujur apa adanya kita).
Ok, next! Saya kemudian memancingnya dengan
pertanyaan seputar gaya komunikasi saya.
Nah, kan saya jadi sadar dengan kelakuan saya.
Selain itu, Dhevi juga ngeh kalau saya senengnya to the
point. Gak suka bertele-tele (hmm ... kalau tulisan ini banyak tele-telenya
nggak ya? Hehe).
Yasih. It's true. Kalo saya ngerasa gak penting dan
harus ikut ngobrol tuh kayaknya buang-buang waktu gitu. Padahal bisa
dimanfaatkan untuk hal lain, kan? Cieh sok sibuk ya!
Makanya saya tak pandai basa-basi. Which is dalam
budaya timur, basa basi tuh terkadang diperlukan untuk menambah keakraban.
Kurangnya kemampuan komunikasi sosial itu tampaknya berpengaruh
pula terhadap pola bicara saya. Kadang pengen tepok mulut habis bicara,
duh! Because i realize it might hurt others. Yah, sadar yang
terlambat.
Sepertinya jika ada les ngobrol saya mesti ikut nih.
Nah, temen-temen ... kira-kira selain meningkatkan kemampuan
komunikasi sosial dan sering-sering baca kitab suci, ada tips lain nggak sih
supaya mulut tuh kalo ngomong nggak ngelebihin kecepatan berpikir?
Sing
penting ngalir dulu kan ya, nulis dulu. Kalau ada kurang, bisa diperbaiki lagi
Nah
itu barangkali Bu May
Siap
Budit 😍
kita langsung masuk sesi tanya jawab ya. Materi malam ini luarbiasa 😍😍
narsum belum menjelaskan, pertanyaan sudah masuk 😀
Hilman_Kep.Babel
Berdasarkan
pengalaman nara sumber, apakah nara sumber pernah mengalami WB, bagaimana cara
mengatasinya...
Dalam perjalan diskusi ada 14 Pertayan peserta , belajar menulis PGRI gelobang 21&22 semua telah dijelaskan dengan baik.
Salah satu solusinya perbanyak bahan bacaan terkait tema yang akan ditulis. Bisa dengan blog walking, membaca buku, koran, diskusi, menonton berita, mendengar radio, wawancara, atau apa pun yang penting masih terkait dengan topik yang akan ditulis.