MENGUAK DAPUR PENERBIT MAYOR

 

Hari : Senin, 22 November 2021

Narasumber : Edi S. Mulyanta

Tema : Helwiyah

 

Pertemuan ke-22 Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 21 &22

"Aku lebih takut dengan seseorang yang memegang pena (penulis) dari pada prajurit yang bersenjatakan lengkap".(Napoleon Bonaparte)

Selayang Pandang Narasumber pada malam hari ini


Narasumber pada malam hari ini membawakan materi tentang Menguak dapur Penerbit Mayor sebagai berikut.

Era covid 19 ini memang cukup berat bagi semua penerbit, baik penerbit skala kecil hingga penerbit mayor. Semua berlomba untuk hanya sekadar bertahan hidup, dari terpaan covid yang tanpa mengenal pandang bulu serta berimbas ke berbagai sector,  Sejak Maret 2019, penerbit-penerbit berusaha dengan berbagai cara untuk bertahan dan mencoba tetap eksis dengan berbagai cara.  Hal tersebut membuat dunia penerbitan bergegas untuk mengubah haluan visi misi mereka  ke arah yang lebih up to date, menyongsong perkembangan teknologi yang lebih cepat dibandingkan perkembangan dunia bisnis penerbitan secara umum. Beberapa penerbit yang tidak dapat mengikuti perkembangan jaman, akhirnya mencoba mengurangi intensitas  terbitan bukunya, akhirnya berimbas pula ke jumlah produksi buku mereka, dan memukul pula pendapatan atau omzet buku mereka. Penerbit buku di bawah IKAPI adalah penerbit yang mementingkan UUD (Ujung-ujungnya Duwit) untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya. Secara otomatis cash flow akan terganggu, sehingga banyak penerbit akhirnya berpindah haluan ke usaha yang lain.

penjelasan skala penerbitan, yang sering digunakan untuk menyebutkan penerbit mayor dan penerbit minor (indie). Pada dasarnya konsep penerbitannya sama, yaitu mempublikasikan hasil tulisan dari penulis yang menjadi mitranya.


Tugas dari penerbitan ;

Mmemberikan layanan industri, dalam menerbitkan atau mempublikasikan hasil tulisan karya tulis dari penulis. Penerbit hanyalan Intermediary atau perantara dalam proses publikasi sebuah tulisan. 

Penerbit adalah menghasilkan keuntungan dalam setiap terbitannya, Yang membedakan jenis penerbit adalah jumlah atau skala produksi setiap penerbit yang tergabung dalam anggota IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) tersebut.

 Skala produksi ini tercermin dalam ISBN setiap buku yang diterbitkan oleh penerbit tersebut. Melalui ISBN ini dapat diketahui penggolongan skala produksi buku yang dihasilkan setiap tahunnya.  ISBN dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional, yang diberikan hak oleh negara untuk memberikan nomor-nomor yang dikuasainya tersebut untuk dibagikan kepada penerbit di Indonesia.

Struktur penomoran ISBN

 

    Nah.. angka di publication element tersebut adalah jumlah produksi buku yang dapat dilakukan oleh penerbit tersebut. Melalui angka ini terlihat berapa kekuatan produksi buku yang diterbitkan oleh sebuah penerbit.  Secara materi terbitan, sebenarnya tidak ada bedanya antara penerbit mayor dan minor. Hanya terkadang penerbit tertentu memilih spesialisasi pada Genre tertentu untuk lebih fokus dalam produksi maupun pemasarannnya.  Secara otomatis. karena jumlah produksi cukup besar, akhirnya penerbit mayor mempunyai saluran pemasaran yang cukup beragam yang sering disebut Omni channel Marketing selain tentunya outlet di Toko Buku, Yang unik selama pandemi ini, adalah saluran toko buku mengalami kontraksi yang cukup dalam, sehingga saluran outlet toko buku pun menyesuaikan dengan berpindahnya proses pemasaran ke sistem online, maupun digitalisasi materi dalam bentuk media lain selain tulisan.  Tantangan ini cukup berat bagi penerbit-penerbit dengan skala kecil, yang hanya menggantungkan outletnya di toko buku. Karena imbas dari Lock Down diberbagai sentra ekonomi, menjadikan saluran penjualan buku semakin sulit bejualan.

 Media-media baru sebagai sarana promosi buku pun berkembang seperti channel Webinar, Podcast, IG Live, WA Group seperti group kita ini, mejadi media promosi yang luar biasa berkembang.  Hal yang unik dari Pandemi ini, adalah Buku Cetak masih menjadi pilihan pembaca dalam memperluas cakrawala pikirnya. Di samping Elektronik Book juga baru dalam taham embrio berkembang.

 Penerbit di mata pembaca, menjadi sama, semua berjuang untuk tetap bertahan. Sehingga menjadikan iklim penerbitan secara umum tidak surut selama pandemi ini. Kami selalu tidak kurang dalam menjaring tulisan-tulisan baru yang bermunculan luar biasa banyak selama pandemi. Dua Tahun pandemi, semangat menulis penulis-penulis baru sangat luar biasa, dengan banyaknya tulisan yang masuk di tempat kami. Hal ini tidak diimbangi dengan pendapatan penjualan buku yang sangat tergerus dengan adanya Covid 19 yang telah mencapai gelombang ke 2 di tahun 2021 ini.

 Saat awal tahun 2021 penerbit di Indonesia sebenarnya telah mulai bangkit, tercermin dalam pendapatan pada bulan Januari dan Februari yang telah mencapai tahap memantul ke atas.. tetapi sayang masuk di tahap gelombang 2 covid betul-betul meratakan pendapatan ke level yang terendah. Kami dengan terpaksa melakukan pengereman produksi yang luar biasa ketat dalam mengantisipasi hal tersebut. Strategi yang kami lakukan adalah dengan menyimpan tenaga, energi penulis yang tidak lekang oleh pandemi, dengan tetap melakukan seleksi-seleksi materi buku yang menarik. Menabung naskah, adalah strategi dalam menghadapi pandemi, walaupun ada hal yang harus dikorbankan yaitu proses cetak fisik buku yang terkendala. Hal ini kami siasati dengan menerbitkan E-Book untuk mempercepat proses penerbitan sebuah buku.  E-book adalah sarana media digital buku yang masih sangat muda, sehingga proses bisnis yang menyertainya belum bisa mengangkat proses industri perbukuan yang masih ditopang cetak buku fisik.

Ke depan kami menyadari, bahwa buku fisik masih akan tetap bertahan. Hanya proses pemasarannya yang berubah mengikuti jaman. E-book akan tetap menarik karena konsep praktis, ramah lingkungan, dan menjanjikan keterbukaan dalam menerima media-media lain sebagai media pengayaannya.  Google dengan sigap juga telah mencoba peruntungannya di era digital ini, yaitu dengan Google Books nya menjadikan konsep digitalisasi e-book sudah mencapai ke industrialisasi digital masa depan.

 Tantangan penerbit baik mayor maupun minor, adalah kecepatan dalam menguasai teknologi ini ke depan. Dengan konsep multimedia, pengawinan antara media-media baru, menjadikan buku akan semakin mengecil secara fisik. Apalagi ada konsep baru dalam dunia digital yaitu konsep Metaverse yang diusung Face Book, dunia digital akan semakin kaya. Penguasaan tekonologi harus cepat dikuasai, sehingga media buku di Indonesia akan semakin maju dalam mengikuti perkembangan jaman. Buku akan diperkaya dengan media-media lain, yang akan saling mengisi kelemahan secara alamiah media-media tradisional tersebut.

Sebagai penulis, harus memberikan pengayaan-pengayaan tidak hanya kemampuan tulis belaka. Akan tetapi pengembangan di sisi penulis harus diberdayakan. Seperti penulis mempunyai Blog, Channel Youtube, Twitter, Podcast, bahkan Tiktok yang dapat dijadikan sarana promosi tulisan bukunya. Hal ini akan memberikan rangsangan penerbit untuk tidak mampu menolak tulisan penulis karena followernya banyak, menjadi selebriti di Youtube, atau Selebriti Tiktok, Ke depan materi tulisan tidak akan melulu dijadikan alasan penerbit dalam menerbitkan buku, akan tetapi kemampuan penulis dalam membantu mempromosikan tulisan lah yang menjadi primadona penulis-penulis baru. Persaingan penerbit akan semakin keras, tidak memandang penerbit mayor maupun minor. Hal ini karena ke depan proses penerbitan bisa dilakukan sendiri oleh penulis. Lihat saja bang Tere Liye yang dapat memproduksi sendiri tulisannya melalui Google Books. Memang Genre tertentu penulis dapat bermain sendiri memproduksi bukunya. Pintar-pintar penulis dalam mengelola tulisannya. Ada yang dapat dikerjakan sendiri, ada dapat berkolaborasi penerbit baik minor maupun mayor.  Semua akan jalan di jalannya masing-masing dan tidak akan saling berebut akan tetapi tetap menghasilkan keuntungan

Akhirnya, semua unsur Dunia penerbitan akan menjadi lebih berwarna dan saling menguntungkan dari penulis, penerbit, hingga pembaca buku dengan terbentuknya dunia digital yang cukup menjanjikan ke depannya. Jangan segan-segan bapak ibu menawarkan tulisannya ke berbagai skala penerbit, karena saat ini konten adalah raja-nya sehingga penerbit memerlukan kesegaran konten yang dapat dikembangkan menjadi komoditas yang menguntungkan.

 Pelajari karakteristik penerbitnya, dengan melihat hasil-hasil terbitannya. Setiap penerbit mempunyai kekhasan sendiri-sendiri. Penulis adalah makhluk bebas, yang dapat menawarkan ke semua penerbit. Tinggal kepintaran bapak ibu sekalian dalam mengatur strategi, kemampuan, dan memilah serta memilih penerbitan.  Betul bapak ibu sekalian, bapak ibu dapat mencoba menulskan di aplikasi Wattpad, follower pembaca bapak ibu di situ biasanya dipantau oleh penerbit-penerbit mayor. Penerbit minor, juga tidak kalah kreatifnya dalam menjaring penulis. Dengan banyaknya syarat-syarat kenaikan pangkat guru, dosen, hingga guru besar, menjadikan penerbit-penerbit saling bersaing mengisi peluang tersebut. Hal yang penting sebagai penulis adalah, jaga kejujuran, jaga idealisme, dan selalu belajar dari berbagai genre tulisan orang lain. Mengukur diri, dan menyesuaikan dengan kemampuan diri, menguliknya akan menjadi daya tawar yang baik bagi tulisan bapak ibu saat ditawarkan ke penerbit.

 persaingan penerbit tidak hanya antarpenerbit akan tetapi dengan digitalisasi yang menjadikan persamaan derajat antara penulis, penerbit, penyalur, dan pembaca buku. Penerbit mayor saat ini tidak kekurangan naskah untuk diterbitkan, hanya kekurangan likuidasi dalam memproses naskahnya menjadi sebuah tulisan atau media lain ke pembaca.  Sehingga saat ini yang menjadi masalah adalah media apa yang sesuai dalam mendukung sebuah terbitan buku.

Demikian sedikit tulsan saya semoga dapat memberikan sedikit gambaran .. bagaimana penerbit tetap bertahan dalam gempuran jaman yang semakin tidak terpredisi seperti sekarang ini

Diskusi

Penaya pertama

Apa saja trik dan kiat2 apa untuk memudahkan agar tulisan kita bisa diterbitkn di penetbit mayor?

Saat ini ada perubahan kurikulum pendidikan, nah semua penerbit berlomba untuk mengisinya. Kurikulum MBKM (merdeka belajar kampus merdeka) adalah magnet yang luar biasa. Kurikulum diserahkan ke masing-masing daerah dengan panduan utama dari pemerintah. Nah ini peluang yang luar biasa menarik sekali. Artinya apa? sebagai penulis harus peka dengan isue-isue baru, sehingga tidak tertinggal dalam menyajikan penawaran tulisannya kepada penerbit. Nah .. segera pelajari hal tersebut dan jangan lupa tawarkan proposal tulisan bapak ibu ke penerbit. Bapak ibu dapat mempelajari mata pelajaran-matapelajaran baru, seperti penguatan Pancasila, Attitude Pelajar, Softskill dan lain-lain. Tema-tema tersebut sangat dicari saat ini, sehingga peluang bapak ibu apabila mengangkat tema itu akan sangat diminati penerbit.

Para guru harus memiliki inisiatif dan memiliki cara pandang jauh keluar ya pak ...untuk bisa menghasilkan tulisan yang futuristik.....

Betul sekali bu Helwiyah.. saat ini yang dibutuhkan adalah Guru yang bisa mengajar di depan kelas, dan menuliskannya dalam bentuk buku, untuk memberikan isnpirasi ke Guru yang lain. Peluang tema tersebut luar biasa besar sekali bu, hanya kami sebagai penerbit kesulitan mendapatkan tulisan tersebut. 

Penaya kedua

Bapak untuk orang seperti saya rasanya semakin susah ketika hendak membuat karya tulis yg masuk penerbit mayor. Kepandaian menulis saja belum tuntas, sekarang ditambah lagi harus mampu mempromosikan hasil karya tersebut. Walah nambah kesusahan... Lalu apa yg harus sy lakukan Bapak?

Kepandaian bapak ibu adalah mengajar di depan kelas. Bapak ibu bisa merekam proses belajar di depan kelas tersebut. Dari rekaman tersebut dapat bapak ibu ceritakan, prosesnya, adaptasinya, kesan murid dalam belajar. Nah hal tersbut insyaallah akan menjadi sebuah tulisan yang menarik. Bapak ibu bisa tuliskan di face book untuk merekam kejadiannya sehingga tidak terlupakan. sederhana bukan? sekitar bapak-ibu dapat dijadikan bahan tema dalam tulisan bapak ibu. Apalagi bapak ibu sudah mulai proses tatap muka .. rekam kejadian tersebut dalam bentuk media-media tidak hanya tulisan.. mungkin di sosial media bapak ibu.. suatu saat nanti dapat menjadi tema tulisan yang luar biasa.


Penaya ke tiga

Apakah ada kemungkinan suatu saat nanti buku fisik akan tergantikan dengan buku E-book. 

Sekarang saja perkembangan aplikasi wattpad begitu melaju dengan pesat. 

Apakah hal ini sudah di prediksi sebelumnya oleh penerbit. Dan apa trik untuk selanjutnya.?

Betul sekali E-Book saat ini sudah terlihat mulai menjadi embrio yang matang untuk melahirkan peradaban baru dalam literasi baca tulis. Hanya saja ekosistem industrinya belum matang, sehingga masih terlihat wait and see aturan atau kebijakan masing-masing negara dalam menyambut media digital ini. E-book saat ini baru mencapai pertumbuhan 4% saja, sehingga belum dapat dijadikan sumber utama bagi penerbit-penerbit buku. Saat ini proses pemasaran saja yang bergeser shifting ke digital seperti jualan di market place buka lapak, Shopee, Blibli, dll dalam mempromosikan buku fisik. Kedepan peluang digitalisasi buku ini memang semakin terlihat, apalagi dikawinkan dengan berbagai macam media yang lain. Bapak ibu bisa membaca sampel-sampel buku berikut, untuk memberikan gambaran perkembangan e-book.

Penaya keempat

Bagaimana penerbit menilik sebuah tulisan akan laku di pasaran?

Penerbit mempunya Research and Development, yang tugasnya adalah mengamati kebijakan, mengamati buku pesaing, mengamati trend, dan memberikan kesimpulan-kesimpulan. Nah kesimpulan ini akan ditangkan oleh Pengembang Produk (Product Development) untuk berburu naskah. Dari berbagai data-data pemasaran, akan dapat diberikan kesimpulan perkiraan trend ke depan, sehingga arah pencarian naskah lebih bagus dan pasti. Hal ini hanya perkiraan saja, karena karakter buku yang laku di pasar memang banyak sekali variabel yang mempengaruhinya. Bagian pemasaran nanti akan merancang, kira-kira media apa yang dapat mendukung pemasaran bukunya, channel apa yang cocok, dan sesuai dengan target pembaca bukunya. Dari kolaborasi tersebut diharapkan penulis juga dapat membantu dalam mensosialisasikan bukunya.

Penaya kelima

Apakah kalau membeli e- book di penerbit andi sudah sekalian aplikasinya?

Banyak sekali konsumen yang masih menganggap bahwa bisnis e-book spt bisnis jualan buku fisik, sehingga dapat dibeli filenya. Konsep ini sebenarnya salah kaprah, karena bisnis e-book harus disiapkan dahulu ekosisstemnya, sehingga dapat terjadi transaksi yang menguntungkan berbagai pihak. Dari pengalaman kami, konsep Google Books adalah konsep yang transparan dan kuat ekosistemnya. Menjawab pertanyaan ibu Suyatinah, kami sedang mengembangkan juga e-library walaupun masih tahap embrio, mengingat pemerintah menggencarkan e-library. Ada unsur yang sangat penting dalam e-book, yaitu materi digital dari penulis yang harus kami distribusikan ke pembaca dan sekalilagi harus memberikan manfaat ke berbagai unsur ekosistem penerbitan/ Konsep e-library masih belum begitu matang sehingga beberapa penulis masih belum mau untuk memasukkan naskahnya di sini karena belum menguntungkan dalam pembagian hasilnya. Nah ini ke depan sedang kami pelajari supaya sumber tulisan tidak akan kering dalam ekosistem e-library tersebut. Kami ada produk aplikasi e-library, dan sudah ada koleksi buku di dalamnya. Akan tetapi aplikasi ini belum sempurna, sedang kita perbaiki alur proses di dalamnya. Ke depan semoga bisa menghasilkan aplikasi e-library yang memuaskan semua unsur ekosistem penerbitan dalam meningkatan literasi baca dan tulis di negara Kita...

Bapak dan ibu sekalin, silakan mengirimkan naskah ke semua penerbit, untuk berlatih baik dalam manajemen tulisan dan manajemen hati jika belum bisa lolos terbit. Ulangi dan berlatih dengan mencoba gaya tulis yang bapak ibu senangi.. insyaallah jalan itu pasti akan datang.. selamat berporses dan menikmati proses ini sampai tulisan bapak terbit dan dinikmati oleh pembaca buku bapak ibu..